Orangtua dan Kemandirian Cita-Cita Anak - bagbudig

Breaking

Thursday, November 3, 2022

Orangtua dan Kemandirian Cita-Cita Anak

Oleh: Muhammad Fauzil Adhim

Mengembangkan potensi anak sangat penting dilakukan orangtua, agar tercapai perkembangan optimal bagi anaknya. Dalam pelaksanaannya orangtua  mesti memahami bahwa penyeragaman perlakuan terhadap anak dengan alasan keadilan justru memberi peluang ketidakadilan bagi hak setiap anak yang pasti tidak sama kebutuhannya. Memaksakan anak mesti menjadi orang lain seperti teman-temannya yang berprestasi dalam bidang tertentu akan menjerumuskan orangtua dalam ketidakadilan yang fatal.

Dalam memotivasi anak sebagian orangtua ada yang bersikap membanding-bandingkan anaknya dengan orang lain, dengan anak tetangga atau teman sebayanya. Dalam hal prestasi belajar di sekolah, kepatuhan kedisiplinan dan lainnya, hal ini tidak akan menghasilkan hal positif bagi anak, namun menjadi sesuatu yang negatif. Anak menjadi antipati dengan lingkungan dan membenci dirinya sendiri dan orangtuannya.

Setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda anak. Howard Gardner seorang pakar pendidikan membagi kecerdasan menjadi delapan,  word smart (kecerdasan linguistik), number smart ( logika), self smart (intrapersonal), people smart ( inter personal), music smart (musikal), picture smart (spasial), body smart (kinetik) dan nature smart (naturalis).

Menjadi tidak adil jika kecerdasan anak hanya diukur  menggunakan salah satu potensi kecerdasan saja dan mengabaikan kecendrungan potensi yang lain.

Untuk perkembangan anak, orangtua harus memahami potensi-potensi anak dan mengembangkan kecendrungan potensi yang dimiliki oleh anak, jangan sampai bersikap menjadi push parent, orangtua yang otoriter memaksakan cita-cita kepada anaknya, atau mengekang cita-cita jika tidak sesuai dengan kehendaknya. Orangtua harus dapat mengendalikan ambisi agar tidak menjadi pemberat langkah bagi anak yang ingin melaju dengan potensi yang anaknya miliki. Orangtua yang ambisius dalam memaksakan cita-cita terhadap anaknya tak jarang memeras psikologi anaknya dengan tuntutan  yang tinggi sehingga membuat anaknya tertekan, takut, panik, dan dikejar perasaan bersalah setiap kali gagal dalam setiap langkahnya.

Orang tua yang bijak akan mendorong anaknya untuk mandiri dalam menentukan cita -citanya bukan memaksakan cita-citanya terhadap anaknya.  Boleh saja orangtua mendambakan anaknya menjadi dokter, tentara, arsitek, pengacara, pengusaha atau biroktar namun tidak menutup mata jika anaknya memiliki pilihan cita-cita sendiri seperti menjadi ahli bahasa daerah, imam masjid, aktivis lingkungan, guru taman kanak-kanak , pemadam kebakaran, tukang bersih taman atau kepala desa. Memberikan kemandirian pada anak dalam menentukan masa depannya bukanlah berarti memberi kebebasan  seluas-luasnya.  namun tetap membimbing dan mengawasi perkembangan anak akar tidak keluar dari koridor yang dibenarkan oleh norma agama dan budaya masyarakat.

Hal yang utama dalam meningkatkan potensi anak adalah orangtua mesti menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan kegemaran dalam hal-hal yang baik seperti membaca, kegiatan sosial di masyarakat dan lainnya, mencukupkan nutrisi anak dan memberikan pendidikan yang layak dan terbaik bagi anaknya. Jika orang tua menginginkan cita-cita bagi anaknya misalnya bukanlah dengan memaksakan kehendak namun dengan merasionalkan, memberi penjelasan yang masuk akal hingga diterima dengan lapang dada oleh anaknya.

Sijunjung 27.10.22

Editor: Khairil Miswar

Profil Penulis

Nama penulis: Muhammad Fauzil Adhim

Asal sekolah:  MAN 1 Sijunjung

Status: Siswa kelas XII IPA

Guru pembimbing: Adhia Rizki Ananda, S.Pd.I

No comments:

Post a Comment