Faktor Kegagalan (Kembali) Italia - bagbudig

Breaking

Tuesday, April 5, 2022

Faktor Kegagalan (Kembali) Italia

Setelah gagal ikut serta di Piala Dunia 2018, Italia kembali gagal masuk Piala Dunia 2022.
Apa saja faktor kemunduran tim Italia?

Hal pertama adalah banyaknya pemain yang songong. Ketika sudah mengangkat trophy Piala Dunia pada 2006, ramai-ramai langsung memilih pensiun. Akibatnya, terjadi distabilitas tim akibat terjadinya sebuah revolusi. Transis tim terjadi begitu cepat. Akibatnya segera saja Italia dibantai Belanda pada EURO 2008. Pada Piala Dunia 2010, Italia gagal total. Kalah dengan Slowakia, dan hanya imbang dengan tim sekelas Selandia Baru.

Selanjunya memang sepertinya mereka tampak akan megalami kemajuan ketika berhasil masuk Final Euro 2012. Masa itu memang sudah hadir Balotelli. Namun sayangnya kemudian pada Piala Dunia 2014, Italia lagi-lagi gagal total: Tiga kali kalah di tiga pertandingan, bahkan hanya dengan menghadapi tim Kosta Rika.

Harapan kemudian muncul ketika Antonio Comte melanjutkan tugas Prandelli sebagai pelatih tim Italia. Hasilnya cukup baik. Italia berhasil mengalahkan tim besar seperti Belgia di fase group dan Spanyol pada babak 16 besar. Mereka hanya kalah melawan Jerman pada perempat final melawan Jerman. Itu pun hanya melalui penalti. Dari sinilah masalah muncul. Meski tidak bisa disebut gagal, bahkan menurut saya dia berhasil. Sayangnya Comte segera berhenti melatih tim Italia.

Ditinggalkan Comte menjadi satu faktor penting kegagalan Italia untuk masuk Piala Dunia 2018. Dia memang hanya menandatangani kontrak dua tahun bersama tim Italia (2014-2016). Conte sendiri, meski hanya dengan mengandalkan pemain seadanya, mampu membuat Italia mencapai perempat final. Menurut saya ini merupakan keajaiban.

Comte diganti Ventura. Ventura gagal bawa Italia lolos Piala Dunia 2018. Ventura digantikan Mancini. Keajaiban terjadi di tangan Mancini karena Italia juara Euro 2020. Setelah itu bersama Mancini kegagalan berlanjut. Italia gagal lolos Piala Dunia 2022. Tapi Mancini tidak dipecat. Karena memang yang salah bukan pelatih. Tetapi kualitas setiap pemain bermasalah, khususnya lini serang.

Faktor selanjutnya dari kegagalan Italia adalah ketiadaan Balotelli. Hanya Balotelli yang dimiliki Italia untuk membuat mereka menghasilkan gol yang dibutuhkan. Immobile dan Insigne kerap mengecewakan. Sayangnya, level permainan Balotelli ambruk sejak masuk Liverpool. Media terlalu menyorot kehidupan pribadi Balotelli.

Balotelli juga mengalami tekanan mental yang kuat akibar rasisme. Rasisme yang dialaminya benar-benar tragis. Itu semua ikut membuat karirnya merosot. Kalau ada fan di Italia yang rasis terhadap Balotelli, maka mereka telah menuai akibatnya. Kalau saja Balotelli dapat berkembang dengan baik, tentu saja kebutuhan gol tim Italia untuk berbuat lebih baik di Piala Dunia 2014, dan lolos Piala Dunia 2018 dan Piala Dunia 2022 dapat terwujud.

Mungkin banyak orang akan heran kenapa Italia gagal maning masuk Piala Dunia. Tapi saya sendiri tidak heran. Karena dalam beberapa kali simulasi game FM yang saya lakukan, memang sulit meloloskan Italia ke Piala Dunia.

Sekali lagi, lini serang Italia bermasalah. Saya membayangkan kalau Macheda dan Balotelli karirnya terus meningkat, tentu tim Italia tidak akan seperti ini.

No comments:

Post a Comment