Pancasila VS Komunisme - bagbudig

Breaking

Wednesday, June 17, 2020

Pancasila VS Komunisme

Akhir-akhir ini isu kebangkitan Komunis kembali berembus di Indonesia seiring berjalannya pembahasan Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU – HIP) yang disinyalir tidak memuat TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI dan larangan Komunisme, Marxisme dan Leninisme di Indonesia dalam RUU tersebut. Bukan hanya itu sejumlah pasal dalam rancangan undang-undang tersebut disinyalir kontroversial dan berpotensi memarginalkan Pancasila. 

Isu kebangkitan kembali PKI tentunya membuat khawatir sejumlah pihak terutama mereka-mereka yang rutin nonton film G30SPKI. Kekhawatiran akan kembali bangkitnya PKI di Indonesia adalah merupakan sesuatu yang wajar-wajar saja mengingat PKI pernah melakukan   kudeta berdarah pada tahun 1965 namun gagal.

Menulusuri sejarah pergerakan politk Indonesia maka akan ditemukan bahwa Komunsime bukanlah entitas politik baru di Indonesia. Cikal bakal Komunis sudah ada jauh sebelum Indonesia lahir. Komunis sudah ada sejak zaman Hindia-Belanda dengan nama Indische Sociaal Democratisceh Vereninging (ISDV). Baru pada zaman kemerdekaan gerakan komunis terorganisir dalam bentuk partai yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI). 

Sepanjang sejarah perjuangan politiknya di Indonesia PKI pernah meraih sukses memenangi pemilu tahun 1955. Kemudian ajaran Komunisme juga pernah terlembaga melalui gerakan NASAKOM (Nasionalisme, Agamis, Komunisme) yang diinisiasi Presiden Soekarno ketika itu.

Namun dalam peruntungan politik selanjutnya PKI mengusulkan sesuatu yang absurd kepada Presidien Soerkarno yaitu mempersenjatai para tani dan buruh. Sontak usulan itu membuat TNI-AD menaruh curiga dan was-was terhadap manuver politik PKI waktu itu.

Puncak dari manuver poltik PKI di Indonesia adalah upaya kudeta tahun 1965 atau lebih dikenal dengan peristiwa pemberontakan G30SPKI. Upaya kudeta yang gagal itu membuat image PKI menjadi rusak dan mengakhiri riwayat perjuangan politik PKI di Indonesia sampai ditetapkannya TAP MPRS tahun 1966 tentang larangan Komunisme di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang masih berlaku sampai hari ini.

Bagi bangsa Indonesia, Peristiwa G30SPKI adalah tragedi dan trauma yang masih membekas hingga saat ini. Peristiwa gagalnya upaya kudeta oleh PKI membuat  rezim Orde Baru (orba) di bawah pimpinan Presiden Soeharto membuat program-program menggalakkan kembali Pancasila sebagai Ideologi bangsa seperti program Pedoman Penghayatan Pengamalan pancasila (P4) dan juga memasukkan Pancasila dalam kurikulum pendidikan nasional.

Walaupun Komunis dalam peruntungan politiknya di Indonesia menemui jalan buntu. Namun lain halnya dalam perhelatan politik dunia. Jelas Komunis jauh lebih berpengaruh daripada Pancasila. Di mana Pancasila sampai saat ini cuma dianut oleh satu negara di dunia yaitu Indonesia. Sedangkan  Komunisme sudah menjadi Ideologi berbagai negara dunia. Bahkan beberapa negara Komunis jauh lebih maju daripada Indonesia sebut saja Republik Rakyat Tiongkok, Polandia, Ukraina dan sejumlah negara lain dari benua yang berbeda.

Kendati Komunis terlarang di Indonesia, namun sebagai Ideologi dua-duanya memiliki kedudukan yang sama sebagai suatu produk pemikiran politik dari orang-orang cerdas dan hebat. Karenanya diskusi-diskusi tentang Komunis tidak seharusnya dilarang selama tidak mengarah ke upaya mengganti ideologi Pancasila. Biarkan saja menjadi diskursus publik. Terlebih bagi generasi milenial yang baru melek politik tentunya pengetahuan-pengetahuan tentang ideologi besar dunia sangat dibutuhkan.

Pancasila merupakan sesuatu yang sakral dan “transenden” bagi bagi bangsa Indonesia. Pancasila adalah ideologi dan falsafah berbangsa dan bernegara. Pancasila adalah konsesus bersama para founding father bangsa dari berbagai macam latar belakang agama, pemikiran dan gerakan politik. Karenanya upaya-upaya menghidupkan kembali Komunis di Indonesia adalah upaya makar dan inkonstitusional. 

Semoga Indonesia dengan Pancasilanya menjadi negeri  Gemahripah Lohjinawi Ratna Mutumanikam yang tidak ada lagi gizi buruk, busung lapar, anak-anak putus sekolah dan kasus-kasus lain yang membuat dahi menjadi kerut setiap hari. Dan semoga pula Komunis tidak membuat sejarah baru di Indonesia. Semoga!

Editor: Khairil Miswar

Ilustrasi: Redtea

No comments:

Post a Comment