Oleh: Khairil Miswar
Muhammadiyah sudah masuk ke Aceh pada 1924 dan resmi membuka cabangnya di Aceh pada 1928. Pada periode awal sebagian besar kader Muhammadiyah di Aceh adalah orang-orang Padang yang sebagiannya berprofesi sebagai pegawai.
Setelah konsul Muhammadiyah resmi dibuka di Aceh barulah orang-orang Aceh merasa tertarik menjadi anggota Muhammadiyah. Yang menjadi Konsul pertama saat itu Teuku Hasan Glumpang Payong dari kalangan uleebalang Aceh.
Menurut catatan Hamka seperti ditulisnya di Pandji Masjarakat, Teuku Hasan Glumpang Payong menjabat sebagai Konsul Muhammadiyah Aceh sejak 1931 sampai dengan 1937.
Kepemimpinan Muhammadiyah Aceh selanjutnya dipegang oleh Teuku Cut Hasan juga dari kalangan Uleebalang.
Pada periode selanjutnya T.M Hasbi Ash Shiddiqiey juga pernah menjabat sebagai Konsul Muhammadiyah Aceh menggantikan tokoh sebelumnya. Berbeda dengan tokoh Muhammadiyah Aceh sebelumnya, Hasbi Ash-Shiddiqiey adalah seorang faqih dan juga penulis produktif.
Pembaruan yang dilakukan oleh Muhammadiyah pada awalnya mendapat tantangan dari masyarakat Aceh. Menurut Prof. Ismuha, pola pembaharuan Muhammadiyah saat itu terlalu kaku dan keras sehingga kurang diterima oleh masyarakat.
Pada 1939, di Aceh juga berdiri Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) yang juga membawa gagasan pembaruan. Tapi pembaharuan ala POeSA lebih lunak sehingga mudah diterima oleh masyarakat Aceh…
Foto: Majalah Pandji Masjarakat, 1969.
No comments:
Post a Comment