Pertanyaan Filsuf Tua

Oleh: Tin Miswary

Seorang filsuf tua dari negeri Jampoek memanggil satu persatu muridnya yang terkenal cerdas.

“Apa prestasi terbesar dalam hidupmu?” tanya sang filsuf.

“Saya pernah berbicara dengan gunung,” sahut Badiun, murid tertua sang filsuf.

“Kalau itu bukan prestasi. Semua orang juga bisa bicara dengan gunung dan gunung tetap diam, bukan?” ujar sang filsuf.

“Saya pernah tidur di atas air,” ucap Karidun yang sering kencing di celana.”

“Kamu pasti bergurau,” leceh sang filsuf.

“Saya mampu membuat nasi basi kembali berasap,” seru Rajimun.

“Jangan sebar hoax di depan gurumu!” bentak sang filsuf.

Lalu satu persatu murid yang lain menyebut prestasi terbesar mereka di depan sang filsuf. Tapi, tak satu pun yang bisa menarik perhatian filsuf tua itu.

Tiba2 seorang laki-laki muda berjanggut menuju ke depan. Dia baru saja tiba di TKP. Dia adalah murid termuda sang filsuf.

“Dari mana saja kamu? Cepat jawab! Jangan lama2,” hardik sang filsuf.

“Saya baru saja mengajak orang2 merebut masjid. Dan, saya sukses,” jawab Jahilun sembari mendongak ke langit.

“Nah, ini dia yang aku maksud. Mulai hari ini aku pensiun jadi filsuf. Ini filsuf baru kalian. Cepat berlutut!” teriak sang filsuf kepada murid2nya yg lain sembari menunjuk Jahilun yang tersenyum bangga.

Tin Miswary