Imam besar Al-Azhar menyatakan mengutuk insiden pemenggalan seorang guru Prancis baru-baru ini, namun dia menambahkan bahwa menghina agama atas nama kebebasan berbicara adalah “ajakan untuk membenci.” Hal itu disampaikan Imam Al-Azhar dalam pidato yang dibacakan pada hari Selasa (20/10).
Pidato yang ditulis oleh Sheikh Ahmed al-Tayeb dari lembaga Islam Sunni Mesir itu dibacakan di Capitol Square Roma di depan pertemuan para pemimpin Kristen, Yahudi dan Buddha termasuk Paus Francis dan Kepala Rabbi Prancis Haim Korsia.
Mereka berkumpul untuk menandatangani seruan bersama untuk perdamaian.
“Sebagai seorang Muslim dan Syekh Al-Azhar, saya menyatakan bahwa Islam, ajaran dan Nabinya tidak bersalah dalam kejahatan terorisme yang jahat ini,” kata Tayeb dalam pidatonya yang mengacu pada pemenggalan guru bahasa Prancis, Samuel Paty, pada hari Jumat.
“Pada saat yang sama, saya menekankan bahwa menghina agama dan menyerang simbol suci mereka di bawah panji kebebasan berekspresi adalah standar ganda intelektual dan undangan terbuka untuk kebencian.”
Paty (47 tahun), diserang dan dibunuh oleh seorang pemuda Chechnya berusia 18 tahun dalam perjalanan pulang dari sekolah menengah pertama tempat dia mengajar di Conflans-Sainte-Honorine, dekat Paris.
Dia telah menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya yang membuat marah seorang ayah yang memimpin kampanye online melawan guru itu dan juga berkomunikasi dengan pembunuh menjelang kejahatan itu, demikian hasil penyelidikan.
Pembunuhnya, Abdullakh Anzorov sempat memposting gambar tubuh yang dipenggal di Twitter sebelum dia ditembak mati oleh polisi.
“Teroris ini tidak berbicara atas agama Nabi Muhammad, seperti halnya teroris di Selandia Baru yang membunuh Muslim di masjid berbicara untuk agama Yesus,” kata Tayeb dalam pidatonya.
Polisi telah menangkap 16 orang, termasuk seorang “radikal Islam” dan empat anggota keluarga Anzorov.
Sebelumnya, Al-Azhar, salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di dunia, pada bulan September mengutuk keputusan majalah satire Prancis Charlie Hebdo untuk mencetak ulang kartun Nabi Muhammad, dalam persidangan yang dibuka atas serangan teror 2015 di kantornya di Paris.
Pada Februari 2019, Paus Francis dan Sheikh Ahmed al-Tayeb menandatangani dokumen tentang “persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia” yang mengutuk ekstremisme agama dan terorisme.
Sumber: Al Arabiya
Terjemahan bebas Bagbudig
No comments:
Post a Comment