Berhenti Menonton Sepakbola - bagbudig

Breaking

Saturday, October 31, 2020

Berhenti Menonton Sepakbola

Kabar dari sebuah meme, Chiristian Viery — mantan striker timnas Italia– akan berhenti menonton sepakbola ketika Messi pensiun. Baginya, dia kehilangan alasan untuk menonton olahraga itu tanpa Messi. Saya lalu membagi meme itu di WA story, salah seorang teman memberi komentar, kalau sepakbola baginya sudah dibunuh oleh VAR dan highlight di youtube. Saya membenarkan hal itu.

VAR, saya pernah menulis topik itu dua tahun yang lalu, telah menyingkirkan peranan manusia dalam mengurus sepakbola. Padahal, sepanjang sejarahnya, olahraga ini dengan segala drama, kontroversi dan ceritanya, bertahan dan tumbuh karena tangan manusia, bukan karena keterlibatan mesin. Namun dengan kehadiran VAR, entah siapa yang bersikeras membawa alat terlaknat itu di olahraga ini, telah membuat nalar dan insting manusia berhenti memberi argumen tentang sepakbola. Manusia menyerah di hadapan mesin.

Highlight youtube pun demikian.

Platform video tersebut memang memanjakan. Kini kita tidak perlu capai berteriak, bergadang dan menghabiskan energi hanya untuk mengikuti jalannya pertandingan. Sebab terkadang di sepakbola kita hanya membutuhkan informasi mengenai skor akhir dan pencetak gol. Kita tidak membutuhkan drama, entah itu pelanggaran keras, diving atau perkelahian kecil.

Sebenarnya, kapan kita mulai menonton sepakbola, lalu kapan akan berhenti melakukan hal itu. Yang saya maksud itu, menonton sepakbola di televisi, bukan di lapangan desa atau di stadion di kota tempat kita tinggal.

Biasanya, kalau dari segi umur, rata-rata kita menonton bola sejak di sekolah dasar. Atau, ketika menginjak bangku sekolah menengah pertama. Di masa itu, kita seperti sudah memilih, klub atau negara mana yang menjadi favorit. Atau juga, pemain mana yang akan menjadi idola.

Di masa-masa itu, bahkan sampai duduk di bangku kuliah, kita masih punya banyak waktu untuk mengikuti perkembangan informasi klub, negara atau pemain yang menjadi favorit. Bahkan, mengikuti informasi kompetisi liga dan turnamen negara secara penuh. Bahkan kita dapat larut jauh secara emosional.

Tetapi, sepertinya, ada masa di mana kita berhenti mengikuti itu semua.

Saya, beberapa tahun terakhir, sudah berhenti menonton sepakbola seperti dulu, kecuali menonton pertandingan penting saja, seperti beberapa big match, babak di fase gugur atau final dari turnamen besar. Beberapa tahun ini juga tidak terlalu serius mengikuti pemain baru yang muncul, mereka terdengar asing bagi saya.

Pun begitu, masih ada beberapa teman seangkatan, atau yang di atas angkatan saya, masih menyimak dengan serius perkembangan sepakbola ini. Tetapi, satu saat mereka akan berhenti juga. Atau, tetap menonton, seperti saya, namun bertransformasi sebagai perawat ingatan tentang olahraga ini, agar tidak keluar dari relnya.

Ilustrasi: Dailymail

No comments:

Post a Comment