PKI, Partai Kiyai Indonesia - bagbudig

Breaking

Friday, June 26, 2020

PKI, Partai Kiyai Indonesia

Isu kebangkitan PKI kembali berembus dan mewarnai diskusi di ruang publick hari-hari belakangan ini seiring dengan bergulirnya pembahasan RUU-HIP yang kontroversial dan disinyalir bertujuan mereduksi sila-sila Pancasila. 

Wawasan tentang PKI harus terus diketengahkan ke ruang publik agar publik semakin dewasa dan bijak menyikapi isu-isu tentang kebangkitan PKI akhir-akhir ini.

Tulisan singkat ini menceritakan kolaborasi antara PKI dan kaum Islamis tempo dulu. Walau sebenarnya Islam dan Komunis adalah dua hal yang sangat bertentangan. 

Islam adalah agama langit yang keseluruhan ajarannya bersumber dari Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun komunis adalah produk pemikiran Karl Marx seorang ateis yang lahir dari keluarga Yahudi.

Beberapa penulis biografi menduga bahwa Marx mengalami suatu krisis keagamaan ketika ia berusia 17 tahun. Sebagai bukti, mereka menunjukkan surat yang dituliskan oleh ayah Marx. Dalam surat tersebut, dia memberi tahu Marx bahwa agama dapat dianggap sebagai dasar kebaikan moral dan percaya kepada tuhan bukanlah hal yang buruk, karena banyak orang besar yang percaya kepada Tuhan. (Abdul Qadir Dajelani dalam Sejarah perjuangan politik Umat Islam Indonesia).

Duet Sarekat Islam (SI) dan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV)

SI dan ISDV sempat harmonis sekian lama dan menjadi icon perlawanan rakyat terhadap Belanda, sampai-sampai H.O.S Tjokroaminoto menegaskan bahwa: “Sosialisme memperbaiki nasibnya golongan manusia untuk memerangi sebab-sebab yang menimbulkan kemiskinan,” Walau sebenarnya inflistrasi ISDV ke SI bertujuan memperoleh massa pendukung. 

Penindasan, kesengsaraan dan ketimpangan dalam berbagai bentuk  terhadap pribumi sudah menjadi lakon biasa bagi pemerintah kolonial Hindia-Belanda. Kondisi demikian membuat SI dan ISDV mengorganisir perlawanan dengan melibatkan petani dan buruh untuk melawan praktik kapitalisme yang dilakukan oleh pemerintah Hindia-Belanda.

Kesamaan tujuan melawan kapitalisme yang “mengisap darah” pribumi menjadi simpul eratnya hubungan SI dan ISDV.

Menurut beberapa sumber Sarekat Islam dan ISDV pernah membentuk Persatoean Perserikatan Kaoem Boerroeh (PPKB) pada 22 Desember 1919. Selain itu PKI juga didirikan di gedung Sarekat Islam melalui sebuah kongres pada 23 Mei 1920 dan Semaoen terpilih sebagai ketuanya.

Duet SI dan ISDV membuahkan hasil sesuai harapan yang mengancam Belanda kala itu. Aksi-aksi pemogokan besar yang dilakukan para tani dan buruh membuat pemerintah Hindia-Belanda geram yang berujung pada penangkapan tokoh-tokoh SI dan ISDV.

PKI menyebar ke daerah juga melalui jasa kader-kader Sarekat Islam. Terkait kedatangan PKI ke Aceh juga disinggung Fauzi dkk (2008) dalam bukunya Pembantaian PKI. Dia menyebut ideologi PKI masuk ke Aceh melalui Syarikat Islam (SI) yang sudah ada di Aceh sejak era 20-an. Seperti diketahui, SI terpecah kepada dua sayap, SI Merah dan Putih. SI Merah inilah yang kemudian memasok ideologi komunisme ke Aceh. Tulis Khairil Miswar dalam artikelnya PKI Aceh “Muslim yang Ta’at.”

SI dan ISDV Pecah Kongsi

Adalah Semaun pemuda muslim yang ta’at anak didik dari  tokoh legendaris SI HOS Tjokro Aminoto yang diterima menjadi anggota Sarekat Islam (SI) cabang Surabaya pada usia 14 tahun. Semaun muda adalah sosok yang berani menentang tuan-tuan tanah pertikelir yang bertindak semena-mena kepada petani. Keberaniannya itu membuat tokoh-tokoh Sarekat Islam menjadi simpatik dengan Semaun.  

Setelah pimpinan ISDV Sneevliet ditangkap lalu dikirim ke Belanda, kepemimpinan ISDV dipegang oleh Semaun dan mengubah nama ISDV menjadi Partai Komunis Hindia-Belanda (PKH) yang kemudian hari menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Semaun menjadi ketua umum. Posisi Semaun sebagai ketua umum ditolak oleh Abdul Muis tokoh SI Bandung. Abdul Muis meminta Semaun tidak rangkap jabatan. Dan pada kongres SI berikutnya diputuskan bahwa kader SI yang tergabung di Partai Komunis harus keluar dari SI. 

Merasa diusir Semaun dan loyalisnya tidak terima dikeluarkan begitu saja dari SI. Aroma perpecahan semakin terasa pada kongres SI tahun 1923 di Madiun yang ricuh dan membelah SI menjadi SI Merah dan SI Putih. 

Akhirnya SI dan PKI pecah kongsi, dalam buku Manuskrip Sejarah PKI (1920-1965), Busjarie Latif menyebutkan 35 ribu anggota SI bergabung ke Partai Komunis Indonesia. SI berubah menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSSI) sedangkan PKI terus melakukan manuver-manuver anti penjajah yang berujung pada perlawanan terhadap pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1926.

Membaca ulasan sejarah di atas tidak berlebihan rasanya jika ada yang bependapat bahwa PKI lahir dari hasil perkawinan SI dan ISDV, dan pendapat yang mengatakan bahwa komunis pasti atheis tidak sepenuhnya benar. 

Sejarawan Ridwan Saidi menyebutkan dalam sebuah wawancara bahwa salah satu faktor kemenangan PKI pada pemilu daerah 1957 adalah karena PKI dikampanyekan sebagai Partai Kiyai Indonesia di pedesaan. Dan menurut hemat kami boleh jadi faktor harmonisnya komunis dan kaum Islam di masa lalu menjadikan masyarakat pedesaan percaya begitu saja kepada propagandis PKI yang mengkampanyekan bahwa PKI adalah Partai Kiyai Indonesia.

Editor: Khairil Miswar

Ilustrasi: Pixilar

No comments:

Post a Comment