Ritual Puasa dan Kegilaan di Musim Corona - bagbudig

Breaking

Thursday, April 16, 2020

Ritual Puasa dan Kegilaan di Musim Corona

Wabah virus corona yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir bukan saja membuat dunia panik, atau serendah-rendahnya waspada dan bahkan sangat waspada, tapi juga telah sukses melahirkan beberapa kegilaan ~ yang entah berupa ketidaksengajaan atau justru kreativitas ala pandemi.

Kegilaan dimaksud bukan berada dalam domain penyakit, tapi hanya sebatas sikap ketidakwajaran ~ yang dalam hal ini sama-sama dilandasi oleh faktor psikologis, karenya terma gila menjadi layak diajukan.

Di antara kegilaan yang menyemak adalah munculnya kesalehan tiba-tiba alias kesalehan musiman. Namun hal ini sudah pernah kita bahas sebelumnya sehingga mengulangnya akan melahirkan kejemuan.

Kegilaan terbaru muncul baru-baru ini. Beredar kabar ada seorang oknum yang kononnya meminta kepada pemerintah melalui MUI agar puasa Ramadan ditiadakan untuk tahun ini. Tidak begitu jelas landasan apa yang ia pakai sebagai dalil atawa alasan untuk menghapuskan ritual puasa.

Tapi kalau boleh berbaik sangka, mungkin saja yang dimaksud si gam itu adalah tradisi buka puasa bersama yang ditakuti memunculkan kerumunan ~ di mana hal ini memang dilarang dalam protokol kesehatan guna menghindari penyebaran covid-19. Bisa jadi dalam hal ini dia tidak mampu membedakan yang mana puasa sebagai ritual privat dengan buka puasa bersama yang hanya seremoni.

Itu kemungkinan pertama.

Kemungkinan lainnya, si gam itu ingin memutus matarantai sejak dini. Langsung di pangkal. Agar acara buka puasa bersama itu tidak terjadi, maka puasa juga mesti ditiadakan. Dalam hal ini mungkin dia memosisikan puasa sebagai api dan buka puasa bersama sebagai asap. Karena itu dia ingin api itu padam lebih awal sehingga asap pun hilang dengan sendirinya. Tanpa puasa tidak mungkin ada acara berbuka. Begitu pikirnya, mungkin.

Terlepas dari kemungkinan mana saja yang menghinggapi si gam itu, yang jelas menyamakan ritual puasa yang sama sekali tidak membutuhkan kerumunan untuk syarat sah atau pahala lebih dengan ritual salat jamaah di masjid semisal Jumat dan Tarawih yang memiliki nilai lebih dalam sudut pandang syariat dan sudah pasti berkerumun adalah absurd dan konyol.

Justru ritual puasa akan menjadi salah satu strategi memutus rantai penyebaran wabah, sebab dengan tutupnya kedai-kedai makanan dan minuman, maka dengan sendirinya orang-orang, minimal yang berKTP Muslim akan tetap stay di rumah dan tidak berkeliaran, apalagi jika cuaca panas. Apabila aksi berdiam di rumah ini bisa bertahan sampai sore, dan sampai malam, maka selama Ramadan matarantai itu akan putus dengan sendirinya dan bahkan hilang di wilayah itu.

Dengan demikian kegilaan yang tidak pada tempatnya, seperti permintaan agar ritual puasa ditiadakan adalah ketololan paling sadis yang mesti dihentikan.

Kegilaan juga membutuhkan kreativitas dan seninya sendiri sehingga ia bisa diresapi oleh pemilik kewarasan. Kegilaan yang tidak kreatif pastinya akan gugur layu terkulai. Contohnya, si gam itu.

No comments:

Post a Comment