Blankon untuk Nova - bagbudig

Breaking

Thursday, April 30, 2020

Blankon untuk Nova

Oleh: Bung Alkaf

Baru-baru ini, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, memakai Kupiah Meukeutop. Dia menunjukkan itu secara terbuka. Di Aceh, hal itu disambut dengan meriah. 

Kupiah yang dipakai Ganjar letaknya memang istimewa dalam kebudayaan Aceh. Di masa awal, dipakai oleh para Uleebalang. Teuku Umar yang paling ikonik dengan kupiah itu. 

Dalam film Cut Nyak Dhien, Teuku Umar yang diperankan dengan apik oleh Slamet Rahardjo, berpidato di depan rakyatnya, ketika akan bergerak ke Meulaboh, juga memakai kupiah meukeutop. Bahkan, ketika di film itu ada scene Umar ditembak, disimbolkan dengan kejatuhan kupiah Umar, ketika dia digotong oleh para pengikutnya. Pun kita tahu, ada tugu peringatan kematian Umar di Meulaboh, dengan bangunan berbentuk kupiah meukeutop itu. 

Selain itu, dalam lanskap kebudayaan Aceh, kupiah meukeutop dipakai dalam upacara perkawinan oleh pengantin laki-laki. Selalu begitu. Memakai pakaian lain seperti peci, jas bahkan gamis, dirasa kurang memiliki makna sebagai laki-laki Aceh, ketika akan memasuki hidup baru sebagai kepala keluarga. Kupiah meukeutop, berikut atribut lainnya seperti rencong, seperti menjadi penanda maskulinitas yang sah.

Tidak hanya itu, di Banda Aceh, ada mesjid yang tidak berkubah ala timur tengah, melainkan kupiah meukeutop. Seakan hendak menunjukkan satu frasa yang terkenal dalam alam kesadaran orang Aceh tentang Hukom ngon adat lagee zeut ngeun sifeut. Hukum yang dimaksud pastilah agama Islam yang mewarnai bangunan adat dan kebudayaan Aceh 

Lalu ketika Ganjar memakai kupiah tersebut, di Aceh, bersorak-sorai kegirangan, karena simbol budayanya dipakai oleh orang nomor satu di Jawa Tengah. Lalu ada glorifikasi tentang kupiah meukutob yang mampu menyihir seorang Ganjar. 

Tetapi selalu ada makna lain. Bahwa apa yang dilakukan oleh Ganjar itu, malah untuk menunjukkan betapa terbukanya dia terhadap kebudayaan di luar dirinya. Ganjar, yang seorang Jawa, tidak merasa sungkan untuk memakai sesuatu yang bukan berasal dari kebudayaannya. 

Lalu apakah Nova Iriansyah, Plt Gubernur Aceh, akan melakukan hal yang sama: memakai blankon. Sampai per-hari ini, belum terlihat. 

Nova belum menyampaikan reaksi apa pun. Belum ada balas jabat tangannya kepada Ganjar. 

Sebab selalu ada kendala psikologis orang Aceh memakai simbol budaya Jawa. Apakah karena konflik bersenjata yang berlangsung lama? Bisa jadi itu salah satu penyebabnya, sehingga ada sekat yang pekat di antara dua kebudayaan itu. Namun apabila dilihat lebih dalam lagi, ternyata juga ada persaingan di antara dua kebudayaan itu. Bahkan tidak jarang dibumbui dengan berbagai stereotip. Tentu saja, konflik politik ikut mengharu-birukan persaingan tersebut. Namun celakanya, Aceh berada dalam posisi yang terus merasa dikalahkan. Dipinggirkan. Tidak diakui dalam waktu yang lama. 

Oleh karena itu, apa yang dilakukan oleh Ganjar ini menarik. Hal demikian adalah sebagai langkah maju untuk melakukan saling silang budaya. Jadi, sudah sepatutnya, Nova membalas Ganjar, dengan ikut memakai blankon Jawa. 

Harapannya, dengan demikian, ketegangan psikologis yang dirasa selama ini bisa mereda. Syukur-syukur dapat menjadi jembatan penghubung untuk menghilangkan sekat-sekat yang ada.

Ilustrasi: Bagbudig.com

Foto 1: Fb Nova Iriansyah

Foto 2: akurat.co

No comments:

Post a Comment