Awalnya, setelah membaca pernyataan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah yang dirilis acehtribunnews.com pada Sabtu (28/3), kita sempat bergembira. Soalnya, dalam pernyataan itu Pemerintah Aceh telah berusaha menyahuti permintaan publik untuk segera melakukan lockdown demi pencegahan penyebaran wabah Coronavirus (Covid-19).
Dalam pernyataan tersebut, seperti dikutip media, Plt Gubernur mengaku sedang mempersiapkan langkah-langkah lockdown demi menyelamatkan masyarakat Aceh dari ancaman wabah. Plt Gubernur menyebut bahwa pihaknya sedang mempersiapkan dan melakukan berbagai perhitungan terkait dengan kekuatan logistik.
Langkah-langkah ini tentunya sangat kita hargai dan bahkan kita apresiasi, karena pemerintah sudah menunjukkan niat baiknya untuk mempersiapkan segala hal agar masyarakat Aceh siap menghadapi lockdown yang akan diberlakukan nantinya.
Namun, tidak lama kemudian, kita justru disuguhkan dengan berita mencengangkan, bahwa Pemerintah Aceh sedang berusaha mempersiapkan kuburan massal untuk korban wabah di Aceh.
“Pruuuum!” Seketika saja kita tersentak mendengar pernyataan ini.
Di satu sisi kita paham, bahwa upaya ini memang salah satu “agenda penting” demi menghadapi kemungkinan terburuk yang akan menimpa Aceh beberapa hari ke depan. Namun di sisi lain, mengedepankan persiapan kuburan massal dan lalu mengumumkannya ke publik di tengah kondisi kebingungan semacam ini sama saja dengan menganjurkan rakyat Aceh untuk bersikap fatalistis.
Dalam hal ini, Pemerintah Aceh, melalui juru bicaranya telah membangun narasi pesimistis di tengah kondisi yang semakin genting. Narasi-narasi semacam ini tentunya akan melahirkan kepanikan massal yang berujung pada goncangnya psikologi publik di tengah ancaman wabah.
Pola-pola fatalisme seperti ini tentunya tidak akan menguntungkan siapa pun, termasuk Pemerintah Aceh sendiri dan bahkan berpotensi menganggu stabilitas emosional publik sehingga spirit melawan wabah akan luntur sama sekali.
Dalam kondisi yang semakin tidak jelas seperti saat ini, seharusnya Pemerintah Aceh mampu membangun narasi optimistis agar masyarakat Aceh tetap kuat dan siap siaga menghadapi bencana, bukan justru menyebarkan kabar buruk berkualitas rendah yang mengguncang ketenangan publik.
Langkah-langkah strategis dan cepat semestinya didahulukan dan menjadi prioritas utama sehingga optimisme publik terus menyala-nyala. Bukan justru memadamkan semangat publik dengan kabar-kabar horor semisal kuburan massal yang notabene adalah frasa pesimistik-fatalistik-jabariyah.
Karena itu, narasi semacam ini harus segera dihentikan. Jika tidak, maka seantero bumi Aceh akan menjadi kuburan tanpa harus dipersiapkan oleh pemerintah.
*Karikatur oleh Hananan.
No comments:
Post a Comment