Yordania mengeluarkan pernyataan pada hari Senin mengecam Israel karena “serangan” di kompleks masjid Al-Aqsa Yerusalem, menuntut agar menghormati “status quo bersejarah dan hukum”.
Kementerian Urusan Luar Negeri Yordania membidik Israel, yang menduduki Yerusalem Timur dan Tepi Barat, karena memberikan sanksi terhadap masuknya pemukim garis keras ke dalam kompleks masjid.
Kementerian itu juga mengecam penangkapan staf yang dipekerjakan oleh wakaf Islam yang dikelola Yordania, atau kementerian wakaf agama, yang mengontrol dan mengelola bangunan-bangunan Islam di kota tersuci ketiga Islam.
“Tempat suci Yerusalem yang Mulia… adalah tempat ibadah eksklusif untuk Muslim,” kata Dayfullah Al-Fayez, juru bicara kementerian luar negeri Yordania.
“Administrasi dana abadi dan urusan Al-Aqsa yang dikelola Yordania – berdasarkan hukum internasional dan sejarah serta status quo hukum – secara eksklusif bertugas mengelola situs,” tambah Al-Fayez.
Juru bicara itu mendesak komunitas internasional untuk menekan Israel agar mengakhiri “serangan” di kompleks itu.
Jemaah Yahudi saat ini tidak diizinkan masuk ke Al-Aqsa, tetapi sekelompok pemukim secara teratur menyerbu situs tersebut di bawah perlindungan pasukan Israel. Orang Israel Yahudi menyebut daerah itu Temple Mount dan mengklaimnya secara historis sebagai situs dua kuil Yahudi.
Israel secara ilegal menduduki Tepi Barat dan Yerusalem Timur setelah perang dengan negara-negara tetangga Arab – termasuk Yordania – sejak 1967. Israel juga telah mencaplok Yerusalem Timur.
Lebih dari 600.000 orang Yahudi Israel tinggal di permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki, dalam konstruksi yang dianggap ilegal menurut hukum internasional.
AS memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv, ibu kota Israel yang diakui secara internasional, ke Yerusalem pada 2018, menyebabkan kemarahan global.
Sumber: The New Arab
Terjemahan bebas Bagbudig
No comments:
Post a Comment