Warung Murah, Sebuah Gerakan Keberagaman di Masa Pandemi - bagbudig

Breaking

Tuesday, December 1, 2020

Warung Murah, Sebuah Gerakan Keberagaman di Masa Pandemi

Oleh: Khairun Nisak*

Warung murah sebagai bentuk keberagaman di masa pandemi menjadi sebuah inspirasi di mana kita tetap bisa bersatu untuk bergerak dalam berbuat sesuatu yang baik demi masyarakat luas. Beragamnya perbedaan mencakup pluralnya agama, suku dan budaya, membutuhkan sebuah sikap toleransi yang tinggi. 

Toleransi adalah sikap menahan diri untuk tidak menggunakan cara-cara negatif dalam menyikapi pendapat dan keyakinan berbeda. Hakikatnya adalah kita tidak bisa memungkiri bahwa kemana pun kita pergi pasti akan menemukan sesuatu yang beragam. Dalam keluarga kecil pun kita sudah berbeda dan itulah keberagaman.

Seperti saat Covid 19 melanda, Yayasan Hakka Aceh membuka warung nasi murah untuk membantu para warga yang kurang mampu. Karena banyak mayoritas Islam, Hakka bekerja sama dengan komunitas Islam untuk menjaga warung dan makanannya sendiri Yayasan Hakka Aceh membeli kepada orang muslim juga dengan harga 7.000 dan menjual kembali di warung murah Rp. 3.000 dan ini sangat membantu masyarakat kecil dan  juga pedagang kaki lima. 

Pembelinya juga merasakan banyak manfaat dari warung murah ini, dibuktikan dengan makanannya lebih cepat habis dari pada waktunya. Dan pembelinya juga beragam mulai dari berbeda etnis/suku dan agama. Dan bagi masyarakat yang ingin menikmati makanan di Warung Murah dipersilakan hadir dengan membawa tempat makan/rantang sendiri dan wajib mematuhi protokol kesehatan Covid-19.

Peunayong merupakan salah satu pusat perdagangan di Kota Banda Aceh, Peunayong disebut juga dengan China Town-nya Aceh. Menurut catatan sejarah Aceh, nama Peunayong berasal dari bahasa Aceh yang artinya memayungi. Daerah ini dulunya dihuni beragam etnis. Mulai dari China, Persia dan India dan mayoritas China lebih banyak, hingga saat ini berada di daerah tersebut merupakan etnis Tionghoa yang tinggal di wilayah Aceh.

Terdapat sebuah organisasi khusus etnis Tionghoa di Aceh yang bernama Yayasan Hakka Aceh. Hakka di Banda Aceh telah hidup lama berdampingan dengan masyarakat tempatan yang beragama Islam. Dalam setiap moment komunitas Hakka dan masyarakat tempatan selalu bekerjasama dalam menghadapi berbagai masalah.

Dalam pandemi Covid 19 Yayasan Hakka Aceh mempunyai inisiatif dalam membantu masyarakat Aceh lainnya dengan mengimplementasikan program Warung Murah. Warung Murah tersebut menjual nasi dan lauk pauk dengan harga Rp 3.000/porsi. Warung Murah itu dibuka sejak 29 Juni hingga 30 Juli 2020 di depan Kantor Yayasan Hakka Aceh, Jalan HT Daudsyah Nomor 43, Gampong Peunayong, Banda Aceh.

Ketua Yayasan Hakka Aceh, Kho Khie Siong (Aky) menyebutkan dalam masa-masa pandemi Covid-19 yang tidak menentu dan tidak dapat diprediksi kapan berakhir semakin berdampak terhadap masyarakat, baik dari segi kesehatan maupun efek ekonomi. Yayasan Hakka Aceh menginisiasi membantu masyarakat khususnya kaum dhuafa/fakir miskin dengan membuka Warung Murah.

Kegiatan ini didukung oleh relawan dari berbagai ormas, LSM, dan perusahaan multinasional di antaranya Lakpesdam NU, ADO, PAT, PMll, PKBI, CYDC, lbu-ibu PKK Gampong Mulia, Peunayong, dan Laksana. Kegiatan ini juga didukung mahasiswa Unsyiah dan salah satu produsen smartphone.Warung Murah tersebut dibuka hari Senin sampai Kamis mulai pukul 11.30 sampai 14.00 WIB.

Toleransi merupakan cara keren menyatukan individu yang berbeda. Berbeda itu pasti tapi bagaimana kita bekerja sama dalam membangun satu sama lain. Dalam konteks toleransi antar umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas, di antaranya  “Tidak ada paksaan dalam agama” (QS. 2: 256), “Bagi kalian agama kalian dan bagi kami agama kami” (QS.109: 06) adalah contoh dari sekian banyak ajaran toleransi dalam  Islam. 

Adanya umat beragama   lain   yang sering kita   sebut   non-Muslim, merupakan suatu realita yang tidak dapat kita pungkiri kehadirannya dan ini merupakan sunnatullah dalam kehidupan.  Keberagaman  dan  perbedaan merupakan  suatu  fitrah besar  yang  harus dijaga  oleh  seluruh  kalangan terlebih lagi umat Muslim tentunya. 

Keberagaman ini sesuai dengan apa yang telah difirmankan Allah dalam Al-Qur’an (QS. 49:  13) yang  artinya; “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal”.

Praktik toleransi yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dapat dijadikan contoh lain. Kisah terjadi saat rombongan jenazah Yahudi melewati Rasulullah, Rasulullah berdiri sebagai  bentuk  penghormatan  bagi  jenazah.  Maka  para  sahabat   protes  dan bertanya, “Wahai Rasulullah tapi dia itu seorang Yahudi?” Rasulullah menjawab “bukannkah  dia  seorang manusia?” 

Bahkan  di lain  kesempatan  ketika  para sahabat menanyakan kepada Rasulullah tentang memberi bantuan kepada non- Muslim. Para sahabat bertanya, “Apakah kami boleh memberikan bantuan kepada orang-orang Yahudi?” Kemudian Rasulullah SAW menjawab “Boleh, sebab mereka juga makhluk Allah, dan Allah akan menerima sedekah kita. Rasa perbedaan serta sekat dalam agama, budaya, status sosial lainnya hingga hanya ada kalimat “Kita adalah Manusia”. Saling menghargai dalam iman dan keyakinan masing- masing adalah konsep yang sangat toleran.

Dari Warung Murah Hakka yang melayani umat Muslim dan bagaimana umat Muslim meresepons warung tersebut, saya menjadi paham arti sebuah keberagaman. Saya dapat menyimpulkan keberagaman itu ialah bukan sebuah paksaan. Misalnya kita berdua dengan teman duduk di suatu cafe, saya memesan kopi sedangkan teman saya memesan teh dan ketika saya memaksakan teman saya minum kopi padahal dia tidak suka dan tidak bisa minum kopi artinya saya tidak menghargai dia dan memaksakan dia mengikuti apa kemauan saya itu sudah intoleran.

Kalau seseorang itu mengikuti sesuatu karena keinginan dia sendiri dan bukan paksaan itu baru hak adil dia. Dalam memaknai keadilan juga bukan sama rata tapi keadilan juga beragam artinya sesuai dengan kebutuhan.

*Khairun Nisak, peserta Sekolah Muda, Toleran Angkatan 2020

Note: Artikel ini merupakan bagian dari buku “Muda, Toleran!: Bagaimana Pemuda-Pemudi Aceh Melihat Keberagaman” yang akan diterbitkan oleh Zawiyah Serambi Ilmu Pengetahuan pada tahun 2020.

Ilustrasi: Antara News

No comments:

Post a Comment