Akademisi UEA Abdulkhaleq Abdulla, mantan ajudan Putra Mahkota Mohammad Bin Zayed, telah membuat marah para aktivis Saudi dengan men-tweet tentang potensi rekonsiliasi di antara Negara-negara Teluk, Al-Quds Al-Arabi melaporkan.
Pada hari Minggu (6/12), Abdulla menulis di Twitter: “Kereta rekonsiliasi di antara Negara-negara Teluk tidak akan bergerak satu milimeter pun tanpa sepengetahuan dan berkah sebelumnya dari UEA.”
Dalam tweet sebelumnya, dia menulis: “Berbicara tentang rekonsiliasi di antara negara-negara Teluk adalah tidak masuk akal,” dan menambahkan bahwa negara-negara ini tidak akan memberikan hadiah kepada Presiden AS Donald Trump di hari-hari terakhirnya.”
Pengguna media sosial Saudi, membalas dengan mengatakan bahwa dia telah meremehkan kerajaan dan perannya di wilayah tersebut. “Semua cinta kepada UEA, tapi ini berlebihan, Dr Abdulkhaleq,” tulis Turki Al-Hamad, seorang aktivis Saudi.
Sementara yang lain mengkritiknya dengan berkata bahwa “Saudi adalah raksasa di Timur dan pembuat keputusan untuk orang Arab.”
Hal itu terjadi di tengah harapan bahwa potensi rekonsiliasi di antara negara-negara Teluk akan segera terjadi, kata Al-Quds Al-Arabi, mengutip pernyataan yang sebelumnya dilaporkan oleh Anadolu.
Pada hari Jumat, menteri informasi Kuwait mengungkapkan berita tentang “negosiasi yang bermanfaat” tentang rekonsiliasi. Sedangkan Menteri Luar Negeri Saudi Faisal Al-Farhan mengatakan Raja Salman “sangat ingin menjaga persatuan negara-negara GCC.”
Surat kabar Kuwait Al-Rai melaporkan kemungkinan pertemuan rekonsiliasi antara pihak-pihak tersebut bulan ini, namun, Wall Street Journal melaporkan bahwa UEA belum menyetujui dan mengkhawatirkan pemulihan hubungan antara Qatar dan Turki.
Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dan transportasi dengan Qatar pada Juni 2017, menuduh Doha mensponsori terorisme. Qatar berulang kali membantah tuduhan tersebut.
Sumber: Middle East Monitor
Terjemahan bebas Bagbudig
No comments:
Post a Comment