Saingan dari Libya yang dilanda perang memulai babak baru pembicaraan di Maroko pada hari Senin (30/11) sebagai bagian dari upaya yang ditingkatkan untuk mengakhiri konflik selama satu dekade.
Pembicaraan dua hari di kota pelabuhan utara Tangier mempertemukan 13 perwakilan masing-masing dari Dewan Perwakilan Rakyat (HoR) Libya dan Dewan Negara Tertinggi, menurut peserta.
Libya telah terpecah sejak 2014 antara faksi-faksi yang bersaing di barat, yang dipegang oleh Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang berbasis di Tripoli, dan bagian timur menjadi pusat bagi Tentara Nasional Libya (LNA) Khalifa Haftar.
Menyusul upaya Haftar selama setahun tetapi pada akhirnya gagal untuk merebut Tripoli dan kedua belah pihak menandatangani kesepakatan gencatan senjata resmi pada bulan Oktober, mendorong kehidupan baru ke dalam upaya yang dipimpin PBB untuk solusi politik atas konflik tersebut.
Mohammed Raied, seorang anggota HoR yang berbasis di kota barat Misrata, mengatakan pembicaraan Tangier bertujuan untuk “menangani pertanyaan-pertanyaan yang tertunda seperti penunjukan kedaulatan” untuk jabatan-jabatan penting.
Pekan lalu, juga di Tangier, lebih dari 120 deputi Libya berjanji untuk “mengakhiri perpecahan” di negara mereka, dimulai dengan mengumpulkan parlemen terpilih segera setelah mereka kembali ke Libya.
Itu terjadi setelah forum dialog politik yang disponsori PBB di Tunis pada pertengahan November di mana para peserta setuju untuk mengadakan pemilihan pada 24 Desember 2021, tetapi tidak jelas tentang siapa yang akan memimpin transisi.
Sumber: Al Arabiya
Terjemahan bebas Bagbudig
No comments:
Post a Comment