Ketika Um Feras menyadari bahwa tidak ada ruang rekreasi bagi wanita di kotanya di Yaman, dia mendirikan kafenya sendiri dan berharap untuk mengubah pandangan publik tentang bisnis yang dipimpin wanita.
“Tidak ada tempat bagi perempuan untuk berkumpul dengan nyaman, tidak ada tempat milik komunitas perempuan: di mana tim dari administrasi hingga pegawai termuda adalah perempuan,” katanya di kafe Morning Icon yang ia dirikan pada April tahun lalu di Marib, Yaman.
Sikap tradisional, konservatif yang dianut oleh banyak orang lokal terhadap perempuan yang bekerja di luar rumah membuat proyek barunya menjadi asing bagi sebagian orang, kata Um Feras.
“Kata ‘kafe’ dapat dikaitkan dengan ide dan keyakinan negatif … Setiap ide baru akan memiliki pendukung dan penentang,” katanya, seraya menambahkan bahwa dia ingin memimpin dengan memberi contoh untuk menunjukkan bahwa wanita dapat menjalankan usaha.
Wadad, seorang mahasiswa kedokteran dan pelanggan kafe, mengatakan bahwa dia tertarik pada koneksi internet kafe: “Ada ruang untuk wanita secara umum, di tengah jaringan internet yang buruk di Marib dan ruang yang terbatas untuk pelajar perempuan.”
Marib berkembang pesat menjadi kota yang ramai pada awal perang hampir enam tahun di Yaman ketika orang-orang melarikan diri dari pertempuran di tempat lain. Menjalankan bisnis memang tidak mudah di negara yang dilanda konflik, penyakit, dan krisis ekonomi yang semakin parah.
Um Feras mengimpor sebagian besar kopi dan minumannya. Menjaga kualitas di tengah kenaikan harga dan fluktuasi nilai mata uang telah menjadi tantangan nyata, katanya. Tapi dia bercita-cita untuk memperluas usahanya menjadi tempat rekreasi yang lebih besar untuk wanita dan anak-anak.
Sumber: Reuters
Terjemahan bebas Bagbudig
No comments:
Post a Comment