Israel menuduh Lebanon mengubah posisinya dalam pembicaraan tentang sengketa perbatasan maritim mereka dan memperingatkan hal itu dapat mengarah pada “jalan buntu” yang akan merusak seluruh kawasan.
Kedua negara, yang secara teknis masih berperang, membuka negosiasi mengenai sengketa perbatasan di bawah naungan AS dan PBB bulan lalu untuk membuka jalan bagi eksplorasi minyak dan gas lepas pantai.
“Lebanon telah mengubah pendiriannya di perbatasan maritim dengan Israel tujuh kali,” kata Menteri Energi Israel Yuval Steinitz Kamis malam (19/11).
“Posisinya saat ini bertentangan tidak hanya dengan sebelumnya, tetapi juga sikap Lebanon di perbatasan maritimnya dengan Suriah, yang memperhitungkan pulau-pulau Lebanon yang dekat dengan perbatasan,” kata Steinitz.
Sebelumnya pada hari Kamis, Presiden Lebanon Michel Aoun telah menetapkan posisi negaranya di perbatasan laut, yang menurutnya harus didasarkan pada garis yang berangkat di darat dari titik Ras Naqoura.
Demarkasi harus “sesuai dengan prinsip umum yang dikenal sebagai garis median, tanpa memperhitungkan dampak apa pun dari pulau-pulau pesisir Palestina yang diduduki,” cuit Aoun, mengacu pada garis pantai Israel.
Israel dan Lebanon telah bernegosiasi berdasarkan peta yang terdaftar di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2011, yang menunjukkan sebidang laut seluas 860 kilometer persegi (330 mil persegi) sebagai sengketa.
Tapi Lebanon menganggap peta itu didasarkan pada perkiraan yang salah.
Tweet Aoun menegaskan bahwa Lebanon sekarang menuntut tambahan 1.430 kilometer persegi (552 mil persegi) laut lebih jauh ke selatan, yang mencakup bagian dari ladang gas Karish Israel, kata pakar energi Lebanon Laury Haytayan.
Sumber: Al Arabiya
Terjemahan bebas Bagbudig
No comments:
Post a Comment