Begitu mengetahui Diego Maradona berpulang, Mike Tyson menulis kenangan mendalam di akun twitternya, “Si Tangan Tuhan, Maradona telah meninggalkan kita. Di tahun 1986 kami berdua memenangkan kejuaraan. Mereka biasa membandingkan kami berdua. Dia adalah salah satu pahlawan dan teman saya. Saya sangat menghormatinya. Dia akan sangat dirindukan.”
Tyson menuliskan hal itu dengan ikut memposting satu foto di saat dia menggendong Maradona di acara televisi La Noche del 10. La Noche del 10 merupakan acara talkshow untuk Maradona. Sebagai tuan rumah, Maradona mengundang banyak tamu untuk talkshownya itu, di antaranya Pelé, Enzo Francescoli, Messi, Carlitos Tevez dan banyak lagi.
Mike Tyson diundang di acara itu, dua bulan setelah pertandingan terakhirnya di ring tinju profesional melawan Kevin McBridge. Sedangkan Maradona, baru saja memulai kehidupan yang lebih bugar setelah lemak menghilang dari tubuhnya dan terlepas dari ketergantungan terhadap obat-obatan.
Acara itu seperti menampilkan dua orang yang hampir serupa, tetapi di lapangan berbeda. Maradona dan Tyson meraih kejayaan di tahun yang sama, 1986. Maradona membawa Argentina menjuarai Piala Dunia dan Tyson menjadi juara tinju Kelas Berat termuda sepanjang sejarah. Keduanya juga menemui senjakala karier di tahun yang sama juga, 1991. Maradona harus pergi meninggalkan Napoli karena skorsing akibat doping dan Tyson masuk penjara karena kasus pemerkosaan.
Maradona dan Tyson seperti ditakdirkan tumbuh bersama dalam kenangan banyak orang. Keduanya hadir ketika industri televisi dan media cetak mencapai puncaknya di tahun 1980-1990-an, sehingga setiap orang di berbagai negara dapat mengikuti perjalanan keduanya. Tidak mengherankan setiap orang yang menyepak bola di jalanan aspal, lapangan berdebu, pertandingan tarkam sampai kompetisi profesional selalu mempertautkan imajinasi dirinya dengan Maradona. “Awas, Maradona lagi menggiring bola!” pekik anak kecil tanpa berbaju dan sepatu di satu sore.
Pun begitu dengan Tyson. Dia menjadi satu standar tontonan tinju, khususnya kelas berat. Kita barangkali cukup bersabar menyaksikan tinju-tinju di luar kelas berat menyelesaikan pertarungan sampai ronde 12, mulai dari Sugar Ray Leonard, Cesar Chavez, Oscar De Lahoya, Manny Pacquiao bahkan sampai Canelo Alvarez.
Namun, tidak untuk Tyson. Bagi yang pernah tumbuh di tahun-tahun Tyson bertinju — dan bersyukurlah mereka yang hidup di zaman itu — kebahagiaan menonton pertandingan kelas berat adalah ketika melihat lawan-lawan Tyson tersungkur jatuh dan tidak berdiri lagi di ronde-ronde awal.
Satu waktu, saudara saya datang ke rumah, kebetulan di hari Minggu yang sedang menyiarkan pertandingan Lennox Lewis vs Henry Akinwande di tahun 1997. Sambil berjalan pelan dan mengalihkan matanya ke televisi, dia mengatakan, “tinju apaan itu!”
Baginya, tinju itu hanyalah Mike Tyson. Teman masa kecil saya juga pernah kebingungan ketika saya menjelaskan fenomena Manny Pacquio, “siapa dia?” tanyanya.
Maradona dan Tyson adalah dua sosok yang menembus sekat-sekat imaji siapapun. Tidak akan ada lagi yang menyamai keduanya setelah itu. Teman saya, Win Wan Nur, mengambarkan keduanya dengan sangat bagus, “Maradona itu seperti Enstein dan Scorates.” Untuk Tyson dia memberi gambaran yang menawan, “di masa kejayaannya, bahkan badak pun dia dapat kalahkan.”
Hari ini, saya menonton pertandingan eksebisi antara Mike Tyson vs Roy Jones Jr. Pertarungan berlangsung selama 8 ronde. Melihatnya kembali di atas ring, mengingatkan saya pada pernyataan salah satu pelatih Tyson, Kevin Rooney, “Kalau Mike masih bersamaku, dia akan mencetak angka kemenangan 100-0.”
Selama pertandingan 8 ronde itu, kita bisa melihat gerakan Tyson masih lincah. Dia dapat konsisten, stamina terjaga, dan yang paling penting, kerinduan kita dengan gaya peek a boonya terobati.
Pertarungan itu berakhir dengan skor imbang. Namun, tidak ada seorang pun yang memedulikan hasil itu, sebab melihat kembali Mike Tyson di atas ring dengan gaya bertinjunya dan celana pendek hitamnya, sudah lebih dari cukup untuk menghibur dunia yang masih bermuram durja, karena baru saja ditinggal Diego Maradona.
Ilustrasi: Givemesport
No comments:
Post a Comment