Turki Tantang Yunani ke Meja Perundingan - bagbudig

Breaking

Tuesday, September 8, 2020

Turki Tantang Yunani ke Meja Perundingan

Yunani baru-baru ini melakukan tindakan yang lebih agresif sehubungan dengan ketegangan yang sedang berlangsung di Mediterania timur karena mereka kehilangan superioritas psikologis, kata menteri luar negeri Turki sembari mengulangi kesiapan Ankara untuk duduk satu meja dengan Athena jika pihak yang disebut terakhir memiliki keberanian yang sama untuk melakukan itu.

“Jika Yunani percaya diri dan memiliki keberanian, maka mari duduk satu meja [negosiasi] dan mengatakan hal itu di depan semua orang. Di sana, tentu saja, kami juga memiliki banyak hal untuk diceritakan,” demikian kata Menteri Luar Negeri Mevlüt ÇavuÅŸoÄŸlu pada konferensi pers bersama dengan teman yang berkunjung dari Kongo, Jean-Claude Gakosso pada 8 September di Ankara. “Penting untuk bertindak dengan tulus dan berprinsip,” katanya.

Cavusoglu menegaskan kembali bahwa Turki telah lama menyatakan keinginannya untuk merundingkan semua masalah dengan Yunani, tetapi Athena telah menolak banyak inisiatif untuk pembicaraan langsung dengan Ankara seperti yang diamati oleh Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.

“Yunani telah menunjukkan bahwa mereka tidak mendukung dialog karena menolak upaya baru-baru ini [mediasi antara Ankara dan Athena],” kata menteri itu. “Kami mendukung negosiasi tetapi Yunani tidak ada.”

Turki dan Yunani sedang berselisih mengenai wilayah yurisdiksi maritim di beberapa bagian Mediterania timur. Kedua negara menuduh pihak lain melanggar landas kontinennya dan mengerahkan pasukan militer di wilayah tersebut, yang memicu kekhawatiran akan konflik bersenjata antara kedua sekutu.

Yunani Ingin Memaksimalkan Keuntungan

Turki menjelaskan posisinya mengenai ketidaksepakatan yang sedang berlangsung dengan Yunani sejalan dengan hukum internasional dengan mengungkap bagaimana perselisihan serupa telah diselesaikan di dunia serta Yunani juga menangani masalah serupa dengan negara-negara pesisir lainnya,

ÇavuÅŸoÄŸlu mengatakan, “Karena mereka telah kehilangan tempat baik di lapangan maupun di atas meja dan karena mereka juga kehilangan superioritas psikologis, Yunani menjadi lebih agresif. Yunani tidak tulus dan negara-negara UE juga mulai bosan karena telah menyandera mereka [UE],” ÇavuÅŸoÄŸlu menyatakan.

Tentang reaksi Athena terhadap latihan militer Turki dengan Republik Turki Siprus Utara (TRNC), ÇavuÅŸoÄŸlu mengundang mitranya Nikos Dendias untuk bertindak dengan sunguh-sungguh karena “semua menteri luar negeri negara-negara NATO tahu bahwa aturan NATO dalam latihan militer diterapkan sedemikian rupa.”

Turki telah lama mengkritik Yunani karena mengejar beberapa pencapaian besar di Aegean dan Mediterania, Cavusoglu berkata, “Dan kami tidak mengangkat poin ini untuk menyalahkan Yunani. Apakah ada negara lain di dunia yang mengklaim 40.000 kilometer persegi wilayah yurisdiksi maritim hanya untuk pulau seluas 10 kilometer persegi? Apakah ada negara lain yang mengklaim wilayah udara 10 mil sementara perairan teritorialnya enam mil?”

Sang menteri juga menarik perhatian pada masalah lain antara Turki dan Yunani dan mengingatkan bahwa Dewan Eropa telah mendesak Yunani untuk mematuhi keputusan Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa atas hak-hak minoritas Muslim di Trakia Barat.

“Ditambah, kasus para migran. Berapa banyak migran yang meninggal karena tindakan [Yunani]? Tidak manusiawi membiarkan mereka mati,” katanya, semakin banyak orang sekarang mempertanyakan langkah Athena tentang masalah ini.

ÇavuÅŸoÄŸlu juga mengulangi reaksi Ankara terhadap Athena karena menerima permohonan suaka dari banyak anggota FETÖ, Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang, dan organisasi teroris lainnya. “Hari ini, anggota organisasi teror ini, PKK, FETÖ dengan bebas berjalan di jalanan Athena,” katanya.

Pertemuan antara delegasi militer Yunani dan Turki yang seharusnya diadakan pada 8 September di Markas NATO, yang disepakati dalam percakapan antara Sekretaris Jenderal NATO dan Presiden Recep Tayyip ErdoÄŸan, telah ditunda lebih lanjut hingga 10 September, demikian menurut sumber Kementerian Pertahanan Turki tanpa menyebut nama. Permintaan itu datang dari pihak NATO, kata sumber tersebut.

Sumber: Hurriyet

Terjemahan bebas Bagbudig.com

No comments:

Post a Comment