Agama, Ketakutan, dan Ketakutan Agama - bagbudig

Breaking

Saturday, August 1, 2020

Agama, Ketakutan, dan Ketakutan Agama

Oleh: Arizul Suwar

Malam itu, tak sengaja melewati sebuah majelis taklim yang tak jauh dari kos-kosan saya. Saat itu saya mendengar sang pengajar mengatakan dengan suara yang sedikit lantang, “rugoe di meurateeb sampe mekuboh ie babah, menyoe bab bersuci hana di beut” (rugi orang-orang berzikir jika dia tidak belajar bab bersuci). Kapaloe, teriak saya dalam hati.

Di sisi lain saya juga sering mendengar keluhan-keluhan teungku muda tentang sudah sangat sedikitnya masyarakat yang mau ke majelis taklim untuk mengaji.

Sejenak saya berpikir tentang dua hal yang saya temui tersebut. Menurut saya dua hal itu saling berkaitan. Jika ada pertanyaan, “Mengapa orang-orang semakin malas menghadiri majelis taklim?” Menurut saya di antara jawabannya ialah karena mereka “ditakut-takuti” oleh pengajar di sana.

Mereka memang belum banyak tahu, dan kemudian tujuan mereka ke sana ialah untuk belajar, tapi ternyata ketika sampai di majelis malah mereka di takut-takuti dengan kalimat “Ibadah kita sia-sia jika tidak tau yang mana rukun dan mana sunah.”

Bagi saya kalimat- kalimat yang terdengar menakutkan seperti di atas, tidak selamanya salah, namun selaku pengajar kita harus tahu di mana tempatnya dan siapa orang yang sedang mendengarkan kalimat tersebut

Kalau seandainya di forum-forum khusus, okelah, tapi kalau di tempat umum? Pakat melhoe?

Jika agama disebarkan dengan cara menakut-nakuti, maka nyatalah orang-orang akan lari.

*Arizul Suwar, Mahasiswa STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh.

Editor: Khairil Miswar

Ilustrasi: Islam Law

No comments:

Post a Comment