Parlemen Mesir akan melakukan pemungutan suara untuk memberikan kewenangan kepada presiden guna mengerahkan pasukan ke negara tetangga Libya. Hal ini akan dilakukan Mesir jika pasukan yang didukung Turki di sana, bersekutu dengan pemerintah di Tripoli, bergerak untuk merebut kembali kota pantai strategis Sirte.
Intervensi Mesir selanjutnya akan mengguncang stabilitas Libya yang kaya minyak dan menempatkan dua sekutu AS – Turki dan Mesir – dalam kemungkinan konfrontasi langsung.
Pemungutan suara awalnya dijadwalkan pada hari Minggu tetapi dipindahkan pada Senin dalam sesi tertutup, demikian menurut anggota parlemen Mustafa Bakry. Dewan Perwakilan Rakyat, yang merupakan para pendukung Presiden Abdel-Fattah al-Sissi, kemungkinan besar akan memilih mendukung pengiriman pasukan ke Libya.
Libya mengalami kekacauan ketika pemberontakan yang didukung NATO pada tahun 2011 berhasil menggulingkan Moammar Gadhafi yang kemudian dibunuh. Negara itu sekarang terpecah antara pemerintah di timur yang bersekutu dengan Jenderal Libya Khalifa Haftar, dan satu lagi di Tripoli, di bagian barat.
Konflik telah meningkat menjadi perang proksi regional yang dipicu oleh kekuatan asing yang menyuplai senjata dan tentara bayaran ke negara itu.
Dalam konflik itu Mesir mendukung pasukan Libya yang berbasis di timur, sementara Turki mendukung pasukan di ibukota, Tripoli, di bagian barat. Presiden Mesir telah memperingatkan pada Juni lalu bahwa serangan terhadap Sirte atau bagian pedalaman Jufra akan mendorong Kairo untuk campur tangan secara militer, yang dimaksud untuk melindungi perbatasan baratnya dengan Libya.
Harian pemerintah Mesir, Al-Ahram melaporkan pada hari Minggu bahwa pemungutan suara di Parlemen dimaksudkan untuk memberi amanat kepada al-Sissi agar “terlibat secara militer di Libya untuk membantu mempertahankan tetangga mereka di bagian barat dalam melawan agresi Turki.”
Pekan lalu, al-Sissi telah menerima para pemimpin suku yang setia kepada Haftar di Kairo, di mana saat itu ia mengulangi pernyataanya bahwa Mesir tidak akan “bermain-main dalam menghadapi gerakan yang menimbulkan ancaman langsung terhadap keamanan.”
Parlemen yang berbasis di timur Libya juga mendesak al-Sissi untuk mengirim pasukan.
Pasukan Haftar telah melancarkan serangan untuk mengambil alih Tripoli dari Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) pada April tahun lalu, tetapi pergerakan mereka – yang buntu setelah mencapai pinggiran ibukota Libya – mengalami pukulan pada bulan lalu ketika pasukan sekutu Tripoli, dengan dukungan Turki, berhasil mendesak mereka dan pasukan Tripoli mendapatkan kemenangan dalam pertempuran.
Pasukan Tripoli berhasil merebut kembali bandara ibukota, semua titik masuk dan keluar ke kota dan beberapa kota utama di wilayah tersebut. Mereka terus bergerak ke arah timur dan bertekad untuk merebut kembali Sirte, yang diambil Haftar awal tahun ini.
Perebutan kota tempat kelahiran Gadhafi, akan membuka pintu bagi pasukan yang didukung Turki untuk terus bergerak lebih jauh ke timur dan berpotensi mengambil instalasi minyak yang penting, seperti stasiun dan ladang minyak yang sekarang berada di bawah kendali Haftar.
Sumber: Al Arabiya
Terjemahan bebas Bagbudig.com
No comments:
Post a Comment