Pandemi dan Premanisme - bagbudig

Breaking

Thursday, May 21, 2020

Pandemi dan Premanisme

Hari ini (21/5) sejumlah media melansir informasi mengejutkan tentang penambahan pasien positif Covid-19 di Indonesia yang kabarnya hampir mencapai seribu orang perhari. Sebelumnya kita juga disuguhkan tentang kabar meninggalnya sejumlah tenaga medis, mulai dari dokter sampai perawat ~ juga akibat virus.

Berita-berita tersebut semakin mempertegas bahwa wabah masih terus mengganas. Menyikapi kondisi ini pemerintah telah memberlakukan pembatasan sosial dalam skala besar di sejumlah daerah, khususnya zona merah. Namun baru-baru, Presiden RI kononnya juga menyerukan agar masyarakat Indonesia berdamai dengan virus.

Di tengah hiruk-pikuk demikian, baru-baru ini juga sempat beredar sebuah video di media sosial yang kemudian melahirkan pro kontra. Dalam video itu terlihat aksi saling dorong yang kemudian berubah menjadi pentas silat.

Seorang pria berpakaian gamis dan berserban putih terlibat adu pukul dengan petugas gabungan yang berjaga di check point Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB Exit Tol Satelit Surabaya, Jawa Timur, demikian informasi sejumlah media.

Kabarnya saat itu polisi menegur pria bergamis tersebut lantaran pengemudinya tidak menggunakan masker. Selain itu jumlah penumpang juga melebihi ketentuan PSBB. Namun, pria yang diduga Habib Umar Assegaf itu tetap menolak dengan suara bernada keras.

Dalam video itu juga terlihat petugas berseragam Satuan Polisi Pamong Praja yang ikut menegur. Cekcok tidak dapat dihindari sehingga pria itu terlibat adu fisik dengan petugas Satpol PP.

Nah, dari rangkaian peristiwa itu, aksi oknum Satpol PP yang tampak menendang Habib Umar inilah yang kemudian mendapat respons publik.

Memang, jika video itu diamati, aparat lainnya seperti polisi terlihat lebih soft dan lumayan bijak. Dari potongan video itu, hanya oknum Satpol PP yang tampak lumayan kurang ajar dalam bertugas.

Kalau dilihat dari urut kronologis dan juga keterangan polisi di media, Habib Umar memang sedikit “bandel” dan terkesan “melawan” amaran pemerintah terkait PSBB. Artinya Habib melakukan beberapa pelanggaran dan dia juga melawan petugas.

Di sini terjadi sedikit dilema. Seharusnya, Habib Umar dapat menghargai kebijakan pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran wabah yang saat ini memang semakin menggila. Sayangnya, Habib tampak tidak mengindahkan hal itu sehingga cekcok pun terjadi.

Namun demikian, sikap oknum Satpol PP yang tanpa aba-aba langsung menendang Habib Umar juga tidak bisa dibenarkan. Bagaimana pun, Habib Umar adalah sosok yang dihormati dan juga orangtua sehingga tidak layak diperlakukan layaknya pencuri kambing dengan tendangan macam itu.

Kalau kita analisis lebih jauh, aksi oknum Satpol PP itu, selain kurang ajar juga sebagai bentuk show of force agar dianggap militan dan berani. Saya melihat ini sebagai keberanian terpendam. Dia berani bersikap kasar karena sedang berada dalam operasi gabungan yang melibatkan pihak kepolisian, atau mungkin juga tentara. Seandainya operasi itu dilakukan hanya oleh Satpol PP, bisa jadi dia tidak akan segarang itu, apalagi kalau sendiri pasti duluan keluar kencing sebelum ia menendang.

Namun terlepas dari itu semua, kejadian tersebut tentunya sangat kita sayangkan, baik terhadap Habib Umar yang melanggar aturan pemerintah, maupun aksi oknum Satpol PP yang sok paten.

Idealnya seluruh warga negara dapat menaati aturan selama masa pandemi demi kebaikan bersama. Demikian pula dengan aparat negara, juga harus lebih bijak dalam mengayomi masyarakat tanpa perlu bersikap anarkis dan mengedepankan aksi premanisme.

Semoga wabah segera berlalu.

Ilustrasi: Screenshoot Youtube Madura Expose

No comments:

Post a Comment