Corona: Sejarah, Sains, Konspirasi, Agama, dan Kesadaran - bagbudig

Breaking

Monday, March 23, 2020

Corona: Sejarah, Sains, Konspirasi, Agama, dan Kesadaran

Oleh: Miswari

Francisco de Egula adalah seorang budak Afrika milik militer Spanyol yang dibawa ke Meksiko. Penyakit yang dia alami telah dirasakannya sejak di atas kapal. Jutaan virus yang tercipta di tubuhnya meledak berupa ruam-ruam di kulit tampak begitu mengerikan.  Jenazahnya disemayamkan di rumah sebuah keluarga asli Amerika di Kota Cempoallan, Meksiko. Virus itu menulari seluruh keluarga tersebut. Selanjutnya menjangkit ke tetangga mereka.

Dalam sepuluh hari, kota Cempoallan berubah menjadi kuburan. Penyebaran juga terjadi begitu cepat ke kota-kota tetangga dan keluar Meksiko. Bencana mengerikan terjadi begitu cepat. Itu terjadi pada Maret 1520. Masyarakat meyakini  musibah itu terjadi karena kutukan dewa. Maka mereka berkumpul untuk mengadakan ritual doa. Semua masyarakat dikumpulkan. Ternyata perkumpulan itu menjadi sarana efektif penyebaran virus.

Pasca pengumpulan itu, penularan wabah malah terjadi dengan lebih cepat. Bahkan penduduk Meksiko yang pada Maret 1520 berjumlah 22 juta orang, bulan Desember hanya tinggal 17 juta orang. 

Penyebaran virus dalam potensi mematikan secara masif sebelumnya pernah terjadi di 1330 yang menewaskan 200 juta orang. Jumlah ini nyaris setara dengan seluruh populasi penduduk Indonesia.  Petaka itu terjadi akibat sebuah virus yang menumpang kutu bermutasi dengan sangat baik dalam tubuh manusia. Kasus pertamanya terjadi di Asia Timur atau Asia Tengah. Lalu Pada 1778 armada Inggris membawa TBC dan sipilis kepada penduduk Hawaii.

Beberapa dekade kemudian Inggris menambahnya dengan tifus dan cacar. Awalnya penduduk Hawaii yang berjumlah 500 ribu, tersisa hanya 70 ribu orang. Adapun flu Spanyol terjadi pada 1918 menyebabkan 100 juta orang tewas. Demikian kurang lebih digambarkan Harari dalam Homo Deus.

Beda dulu, beda sekarang. Sekarang identifikasi virus dapat dilakukan dengan cepat. Menemukan vaksin dan membasminya. SARS, Ebola, dan MERS terbukti mampu dikalahkan dengan cepat meski sempat menjadi hantu yang mengerikan. Tetapi sekarang, meskipun sains medis berkembang pesat dan infrastruktur kesehatan sudah sangat canggih, penyebarannya virus baru juga dapat terjadi dengan cepat karena alat transportasi yang semakin canggih.

Dewasa ini, mutasi virus di dalam tubuh manusia dapat menjadi semakin berbahaya.

Pertama, karena jumlah manusia yang membeludak hingga mengalami krisis objek pangan. Sehingga berusaha menemukan banyak alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi dengan mengkonsumsi hewan tidak layak pangan. Akhirnya terjadi mutasi genetik dari hewan kepada manusia.

Kedua, karena manusia secara mendasar, imunitas tubuhnya menjadi semakin lemah karena pengolahan makanan mengandalkan bahan kimia.

Ketiga, masih banyak manusia yang mengkonsumsi hewan mentah sebagai bahan makanan. Hal ini menyebabkan bakteri yang dibawa hewan yang dikonsumsi bermutasi dengan mudah dalam tubuh manusia sehingga membuat sistem imunitas tubuh kalah. Mutasi virus dari hewan juga bisa terjadi dengan bentuk kontak lain tanpa melalui konsumsi. 

Banyak pakar mengakui kemenangan sains medis dalam perlombaan dengan berbagai jenis virus. Tetapi corona membuat ahli medis kewalahan. Corona adalah virus yang diduga berasal mutasi alami dari hewan kelelawar. Bila ini benar, virus dari kelelawar menjadi sangat kuat di dalam tubuh manusia karena terdapat banyak kesamaan genetik antara manusia dan kelelawar.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa virus corona adalah sejenis virus influenza dengan tingkat keganasan ekstrem. Ini artinya, kalaupun ditemukan, vaksin corona tidak bisa sembarangan diberikan karena dapat membunuh imunitas alami tubuh. Ini berbahaya bagi masa depan tubuh yang divaksin karena berpotensi membuatnya rentan atas penyakit-penyakit lainnya. 

Alternatif yang sangat baik adalah mengupayakan peningkatan sistem kekebalan tubuh alami penderita virus. Inilah yang menjadi fokus ahli medis belakangan ini sambil menunggu vaksin, sistem vaksinasi, dan kajian-kajian lainnya. 

Lain teori ilmiah, lain lagi teori konspirasi. Sir Azyumardi Azra dalam sebuah pertemuan mengatakan, mereka yang percaya teori konspirasi adalah orang-orang yang pesimistik. Goenawan Mohamad dalam Caping 13 juga membenci teori itu. Tetapi dia mengapresiasi  daya kritis yang dimiliki penganut teori tersebut. Perlu ditegaskan, teori konspirasi adalah salah satu teori yang sangat sulit dibuktikan secara ilmiah.

Teori konspirasi mengatakan corona adalah virus yang disebarkan Illuminati untuk meruntuhkan ekonomi negara-negara. Dengan menghadapi corona, negara-negara akan mengalami krisis ekonomi. Di sanalah Illuminati akan memberikan pinjaman kepada negara-negara untuk membangkitkan kembali ekonominya. Teori konspirasi mempercayai virus disebarkan Amerika untuk menghantam Cina dan Iran. 

Novel-novel Dan Brown membahas tentang teori-teori konspirasi. Dalam Origin, Dan Brown melihat, perkembangan kecerdasan buatan (AI) di masa depan adalah keniscayaan. Untuk mewujudkan dunia baru itu, sebagaimana dalam Inferno, populasi manusia harus disesuaikan, tidak membeludak seperti sekarang. Agama-agama juga perlu disingkirkan dari ruang publik.

Yoval  Noah Harari dalam 21 Lessons menggambarkan, Manusia yang sedikit jumlahnya itu akan hidup bahagia dan benar-benar manusiawi. Segala pekerjaan kasar akan dikerjakan robot-robot cerdas. Tetapi film Avengers tidak melihatnya demikian. Ketika sebagian populasi manusia musnah seketika, manusia tidak dapat hidup dengan bahagia dan bersemangat sebagaimana digambarkan Harari dalam 21 Lessons. Manusia akan hidup dengan murung karena bencana besar yang menghantam mereka.

Kenapa demikian? Karena keseluruhan kehidupan manusia didominasi emosi. Nalar hanya digunakan sementara. 

Untuk itu, penting kiranya hanya menyebarkan berita-berita menggembirakan tentang perkembangan kasus corona supaya tidak membuat orang-orang menderita penyakit psikologis. Penting kiranya untuk menghindari kerumunan agar tidak mengulang kasus Meksiko tepat 500 tahun lalu. Kita perlu belajar dari Malaysia yang konon setengah jumlah terinfeksi corona karena menghadiri majelis agama. Kalau Vatikan dan Makkah saja menghindari kerumunan, kenapa pula kita perlu ngotot. 

Pemerintah juga harus konsisten. Jangan hanya membubarkan masing-masing empat orang di satu meja dalam warung kopi tempat perputaran ekonomi. Tetapi bergeming dengan kerumunan lainnya seperti pesta pernikahan di tengah jalan dan di dalam aula hotel yang dihadiri ratusan orang berdesak-desakan. Itu yang saya lihat di kota saya kemarin. Kota saya sangat mengerikan. Kesadaran masyarakatnya sangat minim. Fasilitas medis sangat memprihatinkan. Kualitas tenaga medis juga tidak begitu meyakinkan.

Mohon kepada semua pihak, terutama pejabat medis agar memperhatikan kesiapan kota saya dan kota-kota kecil lainnya dalam menghadapi pandemi ini. Perlu dibuat standar indikator medis untuk dipenuhi semua indikator itu. 

Akhirnya, karena corona bukan berasal dari kutu karpet dan bukan dari parit, meskipun membersihkan parit dan menjemur karpet itu penting, tetapi lebih penting lagi sementara waktu stop WNA, stop semua ke luar negeri, dan karantina semua yang baru datang dari luar negeri. 

Editor: Khairil Miswar.

No comments:

Post a Comment