Yang terpenting dalam kehidupan kita adalah bersyukur. Bagaimana mungkin seseorang akan menikmati gerak kehidupan jika tidak ditanam rasa syukur di dalam hatinya. Semangat yang menggebu memang dibutuhkan, apalagi dalam mengejar apa yang dicita-citakan. Bahkan penanaman sikap sadar untuk mengejar cita-cita tertanam sejak dini. Lantas bagaimana dengan rasa syukur?
Mensyukuri apa yang ada dan diterima adalah proses yang sulit. Butuh pembiasaan-pembiasaan yang berkelanjutan.
Hal ini dapat dilihat dari diri kita, utamanya pelajaran ini untuk saya pribadi. Mengapa? karena yang sering terjadi adalah bersyukur di kala mendapat nikmat dan kebahagiaan, sebaliknya, mengeluh di saat beragam harapan tiada terpenuhi. Dengan kata lain ada momentum dalam bersyukur. Rasa syukur itu muncul ketika harapan-harapan besar tercapai.
Umpamanya, sampai detik ini kita masih bisa memandang matahari yang baru terbit di pagi hari dengan beragam kesejukan udaranya, kicau burung yang saling bersahutan dan menyaksikan mega yang begitu indah di sore senja. Sederhana, tetapi tidak banyak yang menyadarinya. Padahal ada yang sangat sederhana seperti masih bisa mencium bau tanah selepas hujan, mencium aroma daun yang dibalut embun di pagi hari, artinya kita masih diberi kehidupan. Di mana masih bisa melakukan apa saja, mengejar cita-cita dan harapan.
Ketika banyak di antara kita yang merasa bahwa kebahagiaan itu adalah kesuksesan dalam berkarier, prestasi akademik yang diraih, atau capaian-capaian yang lain, dengan alasan hal tersebut dikejar karena bentuk rasa syukur, maka ia tidak sedang dalam keadaan bahagia, melainkan sedang dalam banyak tekanan-tekanan, karena ia tidak akan bahagia jika ia tidak mencapai apa yang diinginkan.
Bersyukur bukanlah satu kondisi penerimaan atau pencapaian, melainkan sikap, atitude, etika kepada TUHAN. Dengan kata lain bukan perihal jumlah kuantitas nikmat yang diberi, melainkan pemberian dari TUHAN itu sendiri. Selagi kita masih bernapas maka saat itu juga bahagia kemudian mensyukuriNya.
Jika perihal yang sangat sederhana saja mampu kita syukuri, apalagi sesuatu yang besar, harapan yang kita capai dalam hidup. Karena untuk bahagia tidak harus menunggu mendapatkan sesuatu yang besar. Karena sesuatu yang besar akan menjadi sangat kecil ketika kita lupa mensyukurinya. Sebaliknya sesuatu yang kecil akan terasa besar ketika kita mensyukurinya, sesuatu yang sederhana akan menjadi hal yang berharga ketika kita mensyukurinya.
Maka bahagia itu sederhana, bukan dicari tetapi diciptakan. Bahagia adalah buah dari rasa syukur, oleh karenanya tiada kesedihan yang menyesakkan dada kalau kita salalu belajar untuk bersyukur. Tidak ada kerinduan yang tertahan kalau kita bersyukur atas ingatan kita kemudian mendoakannya. Karena selagi masih hidup, kebahagiaan akan selalu mengalir melalui do’a dan rasa syukur kita.
Editor: Khairil Miswar
Ilustrasi: quotemaster.org
No comments:
Post a Comment