Mangkatnya Cucu Sultan Aceh Terakhir - bagbudig

Breaking

Wednesday, February 26, 2020

Mangkatnya Cucu Sultan Aceh Terakhir

Setelah tiga tahun lalu Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam (cucu tertua Sultan terakhir Aceh) Muhammad Daud Syah, kini kabar duka keluarga Sultan Aceh terakhir kembali datang menyelimuti Aceh.

Tuwanku Raja Muhammad Yusuf bin Tuwanku Raja Ibrahim bin Sultan Muhammad Daud Syah, telah tiada. Tuwanku Raja Muhammad Yusuf diberitakan mangkat pada sekitar pukul 17 sore tadi (26/02/2020) di Rumah Sakit Pertamedica, Banda Aceh.

Dokumentasi Nab Bahany As

Kesan yang saya dapatkan dari kedua cucu Sultan terakhir Aceh ini, adalah menyangkut rahasia-rahasia sejarah Aceh yang tidak terungkap ke publik.

Secara pribadi, saya memiliki banyak kesan dengan kedua cucu Sultan Aceh ini, baik dengan Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam, yang mangkat tiga tahun silam, mau pun dengan Tuwanku Raja Muhammad Yusuf, yang mangkat hari ini. Innalillahi Wainna ilaihi Raji’un.

Terutama soal sejarah pasca penangkapan Sultan Muhammad Daud Syah oleh Belanda, dan kelanjutan kepemimpinan kedaulatan kesultanan Aceh setelah itu. Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam, yang saat kakeknya ditangkap oleh Belanda, beliau ketika itu telah menjelang gadis. Jadi sudah tahu apa yang terjadi pada kakeknya saat itu.

Suatu waktu Teungku Putroe menceritakan panjang lebar pada saya, soal sejarah dari amanah-amanah kakeknya Sultan Muhammad Daud Syah yang dititipkan pada petinggi-petinggi kesultanan Aceh waktu itu.

Dokumentasi Nab Bahany As

Amanah itu disampaikan Sultan Muhammad Daud Syah, dua hari sebelum beliau dibuang Belanda ke Ambon. Waktu itu, menurut Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam Sultan Muhammad Daud Syah mengumpulkan semua petinggi-petinggi kerajaan, lalu Sultan Daud Syah menyampaikan pidato perpisahannya dengan segala pesan dan amanahnya pada petinggi-petinggi kerajaan. Intinya, Sultan Muhammad Daud Syah saat itu tidak pernah menyerahkan kedaulatan Aceh kepada siapa pun.

Demikian pula dengan Tuwanku Raja Yusuf, tahun 2011 saya mewawancarai beliau panjang lebar, menyangkut akan dibentuk dan diangkatnya seorang Wali Nanggoe Aceh ketika itu.

Tuwanku Raja Muhammad Yusuf, saat itu orang yang sangat bijak dalam menyikapi akan diangkatnya seorang Wali Nanggroe Aceh. Beliau, katanya, tidka mau ikut campur dalam persoalan politik. Yang beliau harapkan, setelah Aceh ini sudah damai dari konflik, kehidupan masyarakat Aceh akan lebih sejahtera.

Yang ironisnya, sebagai cucu Sultan Aceh, baik Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam, mau pun Tuwantu Raja Yusuf, keduanya hidup dalam keadaan seperti bukan cucu Sultan Aceh. Tak ada aset harta yang dimiliki sebagaimana layaknya keturunan Sultan di daerah-daerah lain di luar Aceh.

Bahkan Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam sendiri (cucu tertua) Sultan Muhammad Daud Syah, tidak memiliki rumah tempat tinggal di Aceh, sehingga sampai beliau meninggal, ia tinggal di tempat anaknya di Mataram.

Dua tahun sebelum Teungku Putroe meninggal, dalam sautu acara buka puasa bersama saat beliau pulang ke Banda Aceh, pernah mengatakan pada saya, bahwa beliau ingin sekali untuk tinggal di Aceh, di komplek Baperis (depan pendopo Gubernur Aceh).

Beliau ingin tinggal di komplek Baperis itu, alasannya di komplek itu banyak makam raja-raja (Sultan) Aceh, sehingga ia bisa setiap saat mengaji dan berdoa kepada segala arwah, dari semua keluarga Sultan Aceh yang bersemanyam di komplek Baperis itu.

Sayangnya, keinginan Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam ini tidak kesampaian, karena komplek Baperis itu tidak bisa dijadikan tempat tinggal, walau pun oleh seorang cucu Sultan Aceh.

Dokumentasi Nab Bahany As

Saya tidak tahu, apakah waktu itu cucu Sultan Muhammad Daud Syah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam ini sudah ada firasatnya saat mengatakan itu, kalau beliau kemudian meninggal di Mataram, dan dibawa pulang ke Aceh dikebumikan di komplek Baperis, di antara makam-makam keturunan Sultan Aceh lainnya dalam komplek Baperis itu.

Lalu apakah Tuwanku Raja Muhammad Yusuf, sebagai cucu Sultan, juga akan dimakamkan di komplek Baperis, dalam suatu upacara pemakaman kebesaran sebagai cucu Sultan Aceh?

Editor: Khairil Miswar

No comments:

Post a Comment