Amir Hamzah, Penyair Bangsawan - bagbudig

Breaking

Tuesday, February 18, 2020

Amir Hamzah, Penyair Bangsawan

Nama lengkapnya Teungku Amir Hamzah. Dia lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara, pada 28 Februari 1911. Dia berasal dari keluarga Bangsawan Langkat. Dia terbunuh dalam huru-hara revolusi pada 20 Maret 1946.

Setelah menamatkan HIS, dia melanjutkan pendidikan ke MULO di Medan dan kemudian AMS-A Solo. Terakhir dia menempuh pendidikan di Sekolah Hakim Tinggi Jakarta.

Sastrawan ini dianggap sebagai Raja Penyair Pujangga Baru. Bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane, Amir Hamzah mendirikan Majalah Pujangga Baru pada 1933.

Karyanya yang terkenal berjudul “Nyanyi Sunyi,” kumpulan sajak yang terbit pada 1937 dan “Buah Rindu” (1941). Karyanya yang lain adalah “Sastra Melayu dan Raja-Rajanya” (1942), “Esai dan Prosa” (terbit 1982) dan “Padamu Jua” (terbit tahun 2000).

Pada 29 Oktober 1945, Amir Hamzah diangkat sebagai Wakil Pemerintah RI untuk Langkat yang berkedudukan di Binjai. Dia juga menjadi Pangeran Langkat Hulu di Binjai.

Amir Hamzah
Foto: Ensiklopedi Sastra Indonesia

Pada saat tentara sekutu datang dan mencoba merebut hati para bangsawan, saat itu kesadaran rakyat terhadap revolusi sedang memuncak. Rakyat mendesak agar Sultan Langkat segera mengakui Republik Indonesia. Kemudian Revolusi Sosial pun pecah pada 3 Maret 1946. Sasaran revolusi adalah para bangsawan yang dianggap kurang memihak kepada rakyat, termasuk Amir Hamzah. Pada dinihari 20 Maret 1946 para bangsawan dihukum pancung oleh massa rakyat. Pada saat itulah Amir Hamzah menemui ajalnya.

Untuk mengenang Amir Hamzah, NH. Dini menulis kisah hidup sastrawan ini dalam bentuk novel biografi dengan judul “Amir Hamzah, Pangeran dari Seberang.”

Sumber: Ensiklopedi Sastra Indonesia (Penerbit Titian Ilmu Bandung, 2007), hal. 47-48.

Diedit dan disesuaikan oleh Bagbudig.com.

Ilustrasi: Wikipedia

No comments:

Post a Comment