Langkah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang secara resmi mengubah museum Hagia Sophia menjadi masjid dalam beberapa jam usai keputusan pengadilan tinggi yang kontroversial itu telah menuai kecaman global dan UNESCO memimpin dakwaan tersebut.
UNESCO menolak tindakan Turki dan mengatakan pada hari Jumat (10/7) bahwa pihaknya “sangat” menyesali keputusan Turki yang mengembalikan status masjid dari bekas museum Hagia Sophia di Istanbul.
“Direktur Jenderal UNESCO sangat menyesalkan keputusan otoritas Turki yang dibuat tanpa diskusi sebelumnya, untuk mengubah status Hagia Sophia”, kata UNESCO dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan itu menambahkan bahwa kepala UNESCO menyatakan keprihatinan yang serius kepada utusan Turki untuk lembaga tersebut.
UNESCO mengatakan bahwa mereka juga prihatin dengan pelestarian bekas basilika, yang konstruksinya selesai pada tahun 537.
“Adalah penting untuk menghindari tindakan apa pun yang sebelumnya tidak dibahas dengan UNESCO yang akan memiliki konsekuensi pada akses fisik, pada struktur bangunan, pada properti dan pada metode manajemen situs,” kata Ernesto Ottone, wakil direktur jenderal budaya UNESCO.
UNESCO menyatakan bahwa keadaan konservasi monumen akan diperiksa oleh Komite Warisan Dunia pada sesi berikutnya.
Mengomentari langkah tersebut, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menyebutnya “disesalkan”.
“Keputusan Dewan Negara Turki yang membatalkan salah satu keputusan penting Turki modern dan keputusan Presiden Erdogan untuk menempatkan monumen di bawah pengelolaan Urusan Agama Kepresidenan sangat disesalkan,” kata pemimpin Uni Eropa dalam sebuah pernyataan.
Amerika Serikat juga mengecam keputusan Turki tersebut, dengan mengatakan: “Kami kecewa dengan keputusan pemerintah Turki yang mengubah status Hagia Sophia,” kata Morgan Ortagus, juru bicara Departemen Luar Negeri.
Sementara Yunani bereaksi keras dan menyebut gerakan Turki itu sebagai “provokasi terbuka terhadap dunia beradab”.
“Nasionalisme yang diperlihatkan oleh Erdogan … telah membawa negaranya mundur enam abad,” kata Menteri Kebudayaan, Lina Mendoni.
Putusan pengadilan “benar-benar menegaskan bahwa tidak ada keadilan independen” di Turki, Mendoni menambahkan dalam pernyataan itu.
Rusia juga mengecam langkah itu dan menyebut tindakan tersebut sebagai “kesalahan”.
“Mengubahnya menjadi masjid tidak akan membawa perubahan apa pun bagi dunia Muslim. Hal itu tidak akan membuat negara-negara bersatu, tetapi sebaliknya, membawa mereka ke dalam bentrokan,” kata Vladimir Dzhabarov, wakil kepala komite urusan luar negeri di majelis tinggi parlemen Rusia.
Sumber: Saudi Gazette
Terjemahan bebas Bagbudig.com
No comments:
Post a Comment